Lagi, demonstrasi membawa petaka hadir di hadapan kita. Belum terungkap sutradara Mei kelabu tahun yang lalu, belum tuntas kerusuhan monas yang melibatkan anggota FPI. Kemarin temen-temen mahasiswa "mengamuk" di depan DPR.
Bukan hanya "seperti biasa" ban bekas yang dibakar, tapi mobil plat merah.
Entah apa dan siapa yang merasuki temen-temen mahasiswa ini, aku kurang tahu. Dan semoga saja kita segera tahu.
Yang aku tahu, temen-temen mahasiswa "katanya" berdemo untuk solidaritas temen mereka yang jadi korban petugas beberapa waktu yang lalu dan juga ingin membela rakyat akibat naiknya harga BBM. Yang memang sudah menjadi faktanya, bahwa dengan naiknya harga BBM, melambung pula seluruh harga kebutuhan pokok. Yang pada akhirnya membawa dampak terhadap jumlah warga miskin di Indonesia. Sebuah tujuan yang mulia sebenernya.
Nah..., sekarang mari kita coba untuk mengambil pembelajaran pada demo yang baru-baru ini. "Temen-temen" kita ini merusak fasilitas yang dibiayai negara, juga menghancurkan kendaraan plat merah. Padahal, seperti yang diajarkan Bapak/Ibu guru pada adik-adik kita yang masih SD, bahwa segala sesuatu yang dibiayai oleh negara, sumber pembiayaan itu pada dasarnya dari uang rakyat, orang yang mereka "bela".
Demonstrasi yang terkesan anarkis, disorot oleh berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Lokal, nasional bahkan dari luar negeri. Kalau saja, ini hanya "kalau saja", berita itu ditonton dan dibaca oleh calon investor asing, pasti dia mengira seluruh Indonesia adalah tempat yang tidak aman. Ini berbeda dengan investor lokal, pasti dia sudah tahu daerahnya. Karena berpikir Indonesia tidak aman, investor asing itu pasti menunda kalau tidak mengurungkan niat investasinya itu.
Mari kita berandai-andai lagi. Sang calon investor ingin mendirikan perusahaan dengan total karyawan 500 orang. Tiap orang pasti memiliki keluarga, biarpun orang itu masih bujangan. Iya kan? Trus anggaplah masing-masing karyawan itu punya satu orang keluarga sebagai tanggungannya, berarti sudah 1000 orang yang kehilangan "piring nasinya". Itu baru sebuah perusahaan yang dibatalkan seorang investor. Padahal kita tahu bagaimana kekuatan media massa itu.
Sekarang kita ke temen-temen yang ikut berdemo. Karena aksi demonstrasinya terkesan anarkis, aparat pun bertindak agresif. Sepatu bot yang keras berbicara, water canon bertekanan tinggi menyalak. Yang menjadi sasaran adalah temen-temen pendemo. Bagaimana rasanya? Pastinya sakit.
Hasil dari demo itu apa? Apakah harga BBM yang turun?
Aku rasa sih tidak selama harga minyak dunia masih tinggi. Lagi pula minyak bumi makin lama makin habis. Apa lagi dengan gaya konsumsi kita yang ugal-ugalan. Juga temen-temen pendemo yang pada dasarnya hanyalah pion dalam permainan ini, harus menderita luka-luka bahkan meregang nyawa. Dan sebagian yang lain menikmati "indahnya penginapan gratis".
Kalau kita bisa dan boleh mengambil pembelajaran dari demonstrasi yang anarkis itu adalah "Tidak ada pembelajaran yang baik sama sekali, kecuali agar kita tidak mudah terprofokasi". Bagi temen-temen mahasiswa yang ingin membantu masyarakat, belajar aja yang rajin, jangan kecewain orang tua yang sudah susah-susah nyari duit untuk biaya kuliah yang melangit. Ciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dengan harga yang murah. Dan yang penting, kalau udah jadi "orang" jangan mempersusah orang lain. Dalam hal apa saja, termasuk untuk tidak korupsi.
Yah..., bagaimanapun juga ini hanyalah sebuah tulisan yang ditorehkan oleh seorang lulusan SMK yang sedang mencari jati diri. Aku gak ada maksud untuk "menggurui" apalagi kepada mereka yang merasakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kalau ada yang salah, aku mohon kelapangan pintu hati.
4 yang bercuap
Wah betul juga tuh.
Mending demonya online saja ya boz....hehehe....
Happy blogging with me
blogachmad.blogspot.com
@achmad, demo dalam bentuk apa aja OK, asal dilakukan secara bijak.Kalau pun kita berdemo secara online, tapi kita memprovokasi tindak kejahatan, apalah bedanya? ya kan?!
Kalau gitu demonya harus dibuat peraturan tentang "Tata cara berdemo" aja, biar lebih kondusif...gimana???
Peraturannya terserah deh yang penting baik untuk semua pihak..gimana caranya yach???
@achmad, kalo peraturan kan udah ada? Yang jadi masalah adalah aksi temen temen ada yang menyusupi dan mereka terprofokasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab tersebut. kalau saja mereka tidak terprofokasi, aku yakin aksi bisa berlangsung damai dan tertib
Post a Comment
Silakan tulis komentarkamu di sini. Mohon gak ada spam ya, karena kalau ketemu spam pasti aku hapus.
Untuk menghindari adanya broken link, sertakan pula http:// nya saat menulis alamat blog kamu.
Untuk memakai emoticon seperti diatas, cukup copy paste code yang ada disamping emoticon yang mau dipakai.